Tan Tik Siou, seorang tokoh dari desa
Sumberagung, kecamatan Rejotangan, Kabupaten Tulungagung, merupakan salah satu
dari tokoh yang keberadaannya dianggap misterius karena sedikitnya sumber yang
dapat ditemukan. Hal ini diperparah dengan tak sedikitnya masyarakat khususnya
para generasi muda yang kurang mengetahui peran dan riwayat Tan Tik Siou. padahal Tan
Tik Siou dianggap cukup berpengaruh di lingkungan sekitarnya, yaitu di desa
Sumberagung. Ketika
memasuki pintu gerbang pertama, terdapat dua batang pohon aasam dengan ukuran
cukup besar. Situasi di luar goa sangat tandus dan kondisi dari tembok pintu
gerbang kedua telah mengalami vandalisme oleh pihak-pihak yang tidak
bertanggungjawab.
Di bagian dalam terdapat dua lapisan
pintu gerbang. Lapisan pertama dikelilingi oleh tembok berwarna merah dengan panjang
±15 m. Dalam lingkup gerbang pertama ini terdapat dua buah fasilitas umum yang
berupa tempat duduk dengan atap dengan model payung. Lapisan kedua juga
merupakan tembok berwarna merah dengan keadaan yang tidak jauh berbeda dengan
lapisan pertama.
Memasuki pintu gerbang lapisan
kedua, di sini merupakan halaman utama dari Goa Tan Tik Siou , dan halaman inilah terdapat tembok dengan
lubang yang cukup kecil namun dapat dilewati dengan cara merunduk.
Di tembok
ini juga terdapat miniatur perkampungan khas Cina yang berwarna merah, biru,
dan kuning, miniatur ini dibuat oleh Tan Tik Siou untuk mengenang kampung
halamannya di Hokkian. Di sisi belakang tembok terdapat tulisan :
Toenggang
Kerbowmoe Hiduoow Itoe Atie-atie
Zonder
Sabaar
Tidak
Kamilikan
Djangan
Moorkah
Zonder
Doewet
Djaoeh
Familimoe
Tidak
Anak dan Binie
Djangan
Doestak
Tidak
Bohong
Zonder
Obroll
Djangan
Poerak-poerak
Tidak
Tjerewet
Kata
Zonder di sini berasal dari bahasa Belanda yang berarti tanpa,
sehingga kalimat Zonder Sabaar dapat diartikan sebagai tanpa sabar
atau tanpa kesabaran. Berhubungan dengan hal tersebut maka bait
selanjutnya juga saling berkaitan. Pada bait Tidak Kamilikan hingga Tidak
Anak Binie dipersepsikan adalah riwayat hidup Tan Tik Siou yang tidak
memiliki kekayaan, dan dibuang oleh keluarganya tanpa membawa harta, dan selama
hidupnya beliau hanya sebatang kara hal ini dikarenakan tuntutan penguasaan Ilmu Sabda
yang dimilikinya.
Pada bait
selanjutnya, yaitu Djangan Doestak hingga Tidak Tjerewet,
menggambarkan sifat dan ajaran Tan Tik Siou, diantaranya
yaitu larangan keras untuk berbohong atau dusta, karena hal tersebut ditekankan
dalam dua kalimat yaitu Djangan Doestak dan Tidak
Bohong, selanjutnya juga dijelaskan tentang larangan untuk banyak
berbicara, ditunjukkan dengan kalimat Zonder Obroll dan Tidak
Tjerewet. Pada kalimat Djangan Poerak-poerak, dapat dimaknai sebagai cara
dalam menghadapi hidup dengan kesungguhan.
Kembali
pada deskripsi bangunan Goa Tan Tik Siou, pada bagian halaman utama goa
keadaannya terlihat kurang terawat, dikarenakan banyaknya dedaunan kering yang
berserakan di sekitar goa. Di sisi kanan setelah memasuki gerbang kedua,
terdapat sebuah sumber mata air, tepatnya di bawah tumbuhan bambu kuning, yang
menurut sang juru kunci bambu tersebut sudah ada sejak lama. Di depan sumber
mata air tersebut terdapat sebuah tempat yang mirip dengan sebuah gentong,
menurut juru kunci, tempat ini digunakan oleh masyarakat awam untuk melakukan
ritual tertentu.
Di halaman utama
bangunan goa ini juga terdapat dua patung harimau berwarna putih yang menurut
juru kunci kedua patung ini merupakan penggambaran dari hewan peliharaan Tan
Tik Siou. Selain itu fungsi kedua patung harimau ini adalah sebagai penjaga
goa, patung harimau yang berdiri merupakan patung harimau jantan, sedangkan
patung harimau yang berselonjor adalah patung harimau betina. Di sisi barat
halaman juga terdapat patung seekor harimau putih, patung ini menurut sang juru
kunci adalah patung baru atau tambahan, tepat di samping kanan patung harimau
tersebut terdapat bangunan mirip sebuah rumah kecil yang digunakan sebagai
dapur oleh peziarah yang menginap di Goa Tan Tik Sioe ini, namun sekarang
ruangan dapur tersebut sudah tidak digunakan lagi.
Goa Tan Tik Sioe
sendiri memiliki tiga pintu, di bagian tengah merupakan pintu masuk utama yang
langsung berhubungan dengan ruang utama yang dahulunya merupakan ruang pribadi
Tan Tik Sioe, untuk memasuki sisi dalam goa, pengunjung diharuskan masuk dengan
cara merunduk atau merangkak, hal ini disebabkan desain pintu masuk yang
berbentuk oval dengan ukuran yang cukup kecil. Dalam ruangan ini terdapat
alat-alat persembahyangan khas etnis Tionghoa dan foto-foto dari Tan Tik Siou,
kondisi dalam ruangan cukup gelap dikarenakan pencahayaan ruangan di siang hari
hanya mengandalkan sinar matahari yang masuk lewat celah pintu. Selain itu luas
dari ruangan ini sendiri hanya sekitar 3 x 4 m.
Pintu ke dua
berada di sisi kanan pintu utama, yang terhubung dengan ruangan yang cukup
luas, dalam ruangan ini terdapat dua tiang penyangga berwarna merah. Di bagian
ujung ruangan terdapat tempat pemujaan untuk Dewi Kwan Im dalam keadaan
bersila dengan tangan kanan diangkat menghadap ke depan setinggi bahu, Dewi
Kwan Im adalah dewi welas asih atau dewi kasih sayang. Dan ruangan ini juga
bernuansa gelap karena sedikit sekali cahaya yang masuk.
Ruangan dalam goa
ini saling terhubung satu sama lain, maka ruangan Dewi Kwan Im ini juga terhubung dengan ruang utama dan
ruang-ruang lain. Di bagian tengah goa terdapat ruang untuk pemujaan Kwan
Kong, yang digambarkan sebagai seorang panglima perang yang sedang menunggangi
kuda. Ruangan ini lebih sempit dan lebih gelap dari ruangan yang lain.
Ruang
berikutnya adalah ruang pemujaan Dewa Dapur, ruangan ini cukup luas dan
cukup mendapat cahaya. Hal ini dikarenakan letak pintu ke tiga berada di
ruangan ini. Tepat setelah keluar dari goa melalui pintu ketiga terdapat sebuah
miniatur pagoda dengan dominasi warna merah, dan disisi kanan pintu ketiga
terdapat simbol jangkar yang berwarna merah. Tepat di samping kanan simbol
jangkar merah tersebut terdapat semacam sumur yang bertuliskan Pangleboeran
Kitah, di dalamnya terdapat abu bekas pembakaran kertas.
Di
belakang miniatur pagoda, terdapat tangga yang menuju ke bagian atas dari Goa
Tan Tik Sioe. Dari bagian ini dapat dilihat bahwa bentuk Goa Tan Tik Sioe mirip
dengan mangkuk yang terbalik. Di bagian atap goa juga terdapat patung seekor
bangau putih, dalam ajaran Tao bangau putih merupakan tunggangan seorang
berilmu Tao putih yang menuju ke langit, selain itu bangau putih dalam Taoisme
juga bermakna perhatian, kepatuhan, dan kasih sayang. Hal tersebut berkaitan
erat dengan Tan Tik Sioe yang juga mempelajari Taoisme.
Berdasarkan
uraian di atas, dapat diketahui bahwa Goa Tan Tik Sioe selain berfungsi sebagai
tempat tinggal bagi Tan Tik Sioe di masa lalu, goa ini juga menjadi Klentheng
atau tempat peribadatan bagi orang Cina. Hal tersebut dapat diketahui karena
terdapatnya warna khas tempat peribadatan orang Cina, yaitu merah dan kuning.
Selain itu dikarenakan adanya ruangan-ruangan yang digunakan untuk pemujaan
kepada dewa-dewa.
No comments:
Post a Comment