Pages

GOA TAN TIK SIOE Rejotangan

21 November 2014
Tan Tik Siu     Tan Tik Siou, seorang tokoh dari desa Sumberagung, kecamatan Rejotangan, Kabupaten Tulungagung, merupakan salah satu dari tokoh yang keberadaannya dianggap misterius karena sedikitnya sumber yang dapat ditemukan. Hal ini diperparah dengan tak sedikitnya masyarakat khususnya para generasi muda yang kurang mengetahui peran dan riwayat Tan Tik Siou. padahal Tan Tik Siou dianggap cukup berpengaruh di lingkungan sekitarnya, yaitu di desa Sumberagung. Ketika memasuki pintu gerbang pertama, terdapat dua batang pohon aasam dengan ukuran cukup besar. Situasi di luar goa sangat tandus dan kondisi dari tembok pintu gerbang kedua telah mengalami vandalisme oleh pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab.

            Di bagian dalam terdapat dua lapisan pintu gerbang. Lapisan pertama dikelilingi oleh tembok berwarna merah dengan panjang ±15 m. Dalam lingkup gerbang pertama ini terdapat dua buah fasilitas umum yang berupa tempat duduk dengan atap dengan model payung. Lapisan kedua juga merupakan tembok berwarna merah dengan keadaan yang tidak jauh berbeda dengan lapisan pertama.
            Memasuki pintu gerbang lapisan kedua, di sini merupakan halaman utama dari Goa Tan Tik Siou  , dan halaman inilah terdapat tembok dengan lubang yang cukup kecil namun dapat dilewati dengan cara merunduk. Di tembok ini juga terdapat miniatur perkampungan khas Cina yang berwarna merah, biru, dan kuning, miniatur ini dibuat oleh Tan Tik Siou untuk mengenang kampung halamannya di Hokkian. Di sisi belakang tembok terdapat tulisan :
Toenggang Kerbowmoe Hiduoow Itoe Atie-atie
Zonder Sabaar
Tidak Kamilikan
Djangan Moorkah
Zonder Doewet
Djaoeh Familimoe
Tidak Anak dan Binie
Djangan Doestak
Tidak Bohong
Zonder Obroll
Djangan Poerak-poerak
Tidak Tjerewet
            Kata Zonder di sini berasal dari bahasa Belanda yang berarti tanpa, sehingga kalimat Zonder Sabaar dapat diartikan sebagai tanpa sabar atau tanpa kesabaran. Berhubungan dengan hal tersebut maka bait selanjutnya juga saling berkaitan. Pada bait Tidak Kamilikan hingga Tidak Anak Binie dipersepsikan adalah riwayat hidup Tan Tik Siou yang tidak memiliki kekayaan, dan dibuang oleh keluarganya tanpa membawa harta, dan selama hidupnya beliau hanya sebatang kara hal ini dikarenakan tuntutan penguasaan Ilmu Sabda yang dimilikinya.
            Pada bait selanjutnya, yaitu Djangan Doestak hingga Tidak Tjerewet, menggambarkan sifat dan ajaran Tan Tik Siou, diantaranya yaitu larangan keras untuk berbohong atau dusta, karena hal tersebut ditekankan dalam dua kalimat yaitu Djangan Doestak dan Tidak Bohong, selanjutnya juga dijelaskan tentang larangan untuk banyak berbicara, ditunjukkan dengan kalimat Zonder Obroll dan Tidak Tjerewet. Pada kalimat Djangan Poerak-poerak, dapat dimaknai sebagai cara dalam menghadapi hidup dengan kesungguhan.
            Kembali pada deskripsi bangunan Goa Tan Tik Siou, pada bagian halaman utama goa keadaannya terlihat kurang terawat, dikarenakan banyaknya dedaunan kering yang berserakan di sekitar goa. Di sisi kanan setelah memasuki gerbang kedua, terdapat sebuah sumber mata air, tepatnya di bawah tumbuhan bambu kuning, yang menurut sang juru kunci bambu tersebut sudah ada sejak lama. Di depan sumber mata air tersebut terdapat sebuah tempat yang mirip dengan sebuah gentong, menurut juru kunci, tempat ini digunakan oleh masyarakat awam untuk melakukan ritual tertentu.
            Di halaman utama bangunan goa ini juga terdapat dua patung harimau berwarna putih yang menurut juru kunci kedua patung ini merupakan penggambaran dari hewan peliharaan Tan Tik Siou. Selain itu fungsi kedua patung harimau ini adalah sebagai penjaga goa, patung harimau yang berdiri merupakan patung harimau jantan, sedangkan patung harimau yang berselonjor adalah patung harimau betina. Di sisi barat halaman juga terdapat patung seekor harimau putih, patung ini menurut sang juru kunci adalah patung baru atau tambahan, tepat di samping kanan patung harimau tersebut terdapat bangunan mirip sebuah rumah kecil yang digunakan sebagai dapur oleh peziarah yang menginap di Goa Tan Tik Sioe ini, namun sekarang ruangan dapur tersebut sudah tidak digunakan lagi.
            Goa Tan Tik Sioe sendiri memiliki tiga pintu, di bagian tengah merupakan pintu masuk utama yang langsung berhubungan dengan ruang utama yang dahulunya merupakan ruang pribadi Tan Tik Sioe, untuk memasuki sisi dalam goa, pengunjung diharuskan masuk dengan cara merunduk atau merangkak, hal ini disebabkan desain pintu masuk yang berbentuk oval dengan ukuran yang cukup kecil. Dalam ruangan ini terdapat alat-alat persembahyangan khas etnis Tionghoa dan foto-foto dari Tan Tik Siou, kondisi dalam ruangan cukup gelap dikarenakan pencahayaan ruangan di siang hari hanya mengandalkan sinar matahari yang masuk lewat celah pintu. Selain itu luas dari ruangan ini sendiri hanya sekitar 3 x 4 m.
            Pintu ke dua berada di sisi kanan pintu utama, yang terhubung dengan ruangan yang cukup luas, dalam ruangan ini terdapat dua tiang penyangga berwarna merah. Di bagian ujung ruangan terdapat tempat pemujaan untuk Dewi Kwan Im dalam keadaan bersila dengan tangan kanan diangkat menghadap ke depan setinggi bahu, Dewi Kwan Im adalah dewi welas asih atau dewi kasih sayang. Dan ruangan ini juga bernuansa gelap karena sedikit sekali cahaya yang masuk.
            Ruangan dalam goa ini saling terhubung satu sama lain, maka ruangan Dewi Kwan Im  ini juga terhubung dengan ruang utama dan ruang-ruang lain. Di bagian tengah goa terdapat ruang untuk pemujaan Kwan Kong, yang digambarkan sebagai seorang panglima perang yang sedang menunggangi kuda. Ruangan ini lebih sempit dan lebih gelap dari ruangan yang lain.
            Ruang berikutnya adalah ruang pemujaan Dewa Dapur, ruangan ini cukup luas dan cukup mendapat cahaya. Hal ini dikarenakan letak pintu ke tiga berada di ruangan ini. Tepat setelah keluar dari goa melalui pintu ketiga terdapat sebuah miniatur pagoda dengan dominasi warna merah, dan disisi kanan pintu ketiga terdapat simbol jangkar yang berwarna merah. Tepat di samping kanan simbol jangkar merah tersebut terdapat semacam sumur yang bertuliskan Pangleboeran Kitah, di dalamnya terdapat abu bekas pembakaran kertas.
            Di belakang miniatur pagoda, terdapat tangga yang menuju ke bagian atas dari Goa Tan Tik Sioe. Dari bagian ini dapat dilihat bahwa bentuk Goa Tan Tik Sioe mirip dengan mangkuk yang terbalik. Di bagian atap goa juga terdapat patung seekor bangau putih, dalam ajaran Tao bangau putih merupakan tunggangan seorang berilmu Tao putih yang menuju ke langit, selain itu bangau putih dalam Taoisme juga bermakna perhatian, kepatuhan, dan kasih sayang. Hal tersebut berkaitan erat dengan Tan Tik Sioe yang juga mempelajari Taoisme.
            Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa Goa Tan Tik Sioe selain berfungsi sebagai tempat tinggal bagi Tan Tik Sioe di masa lalu, goa ini juga menjadi Klentheng atau tempat peribadatan bagi orang Cina. Hal tersebut dapat diketahui karena terdapatnya warna khas tempat peribadatan orang Cina, yaitu merah dan kuning. Selain itu dikarenakan adanya ruangan-ruangan yang digunakan untuk pemujaan kepada dewa-dewa.

No comments:

Post a Comment