Dibangun pada akhir tahun 1996 yang berlokasi di Jl. Raya
Boyolangu KM 4 komplek SPP/SMPA Tulungagung. Museum dengan luas lahan
4.845 m2 dan luas bangunan 8x15m ini difungsikan sebagai tempat
penyimpanan koleksi yang semula disimpan di Pendopo Kabupaten
Tulungagung yang selanjutnya direncanakan pengembangan pembangunan di
kompleks SPP/SPMA.
Letak Museum ini bisa dibilang cukup
strategis sebab berada di wilayah yang sarat dengan potensi Benda Cagar
Budaya yang tidak bergerak, antara lain Goa Selomangleng, Candi Gayatri,
Candi Cungkup, dll. Selain itu juga merupakan jalur utama menuju Obyek
Wisata Pantai Popoh Indah, Pantai Sine, dan Kerajinan Marmer di
sepanjang jalur menuju Pantai Popoh Indah.
Maksud dari gagasan mendirikan Museum ini
selain sebagai wadah/tempat penyelamatan warisan budaya, diharapkan
nantinya juga sebagai tempat tujuan studi, rekreasi bagi siswa,
mahasiswa maupun masyarakat luas. Museum Daerah Tulungagung merupakan
museum umum dimana koleksinya terdiri dari Koleksi Arkeologi yaitu
peninggalan – peninggalan benda tidak bergerak berupa patung/arca pra
sejarah yang sebagian besar terbuat dari batu andesit yang berjumlah 12
buah dan koleksi Etnografi ( Peralatan Teknologi Tradisional ).
Selanjutnya kenapa Koleksi Etnografi itu
masuk Museum Daerah. Karena ini merupakan sejarah tersendiri bagi
masyarakat Tulungagung yang dulu dikenal sebagai Kadipaten Ngrowo.
Hampir sepanjang masa Daerah Tulungagung
digenangi rawa – rawa sepanjang kurang lebih 8 bulan dalam setahun. Maka
dengan adanya Terowongan Niama akhirnya Tulungagung terbebas dari
banjir.
Perlu diketahui bahwa Booklet Koleksi
Arkeologi dan Etnografi pada Museum Daerah ini di tahun 2008 menambah
koleksi berupa alat-alat permainan tempo dulu dan alat-alat tradisional,
seperti Egrang, Banggalan/gangsingan/kekean, enthik, dakon, bendan,
tembak-tembakan, dan seterika arang.
Alat – Alat Permainan Tempo Dulu :
1. Egrang
Bahannya bisa dari bambu yang tua, dari
bahan kayu yang kuat, atau bisa juga berbahan logam. Sepasang untuk kaki
kanan dan kaki kiri. Keduanya diberi pencatan tinggi. Tinggi pencatan
bisa dibuat sesuai selera, bisa 0.5m, 1m, dll. Permainan ini pada
dasarnya mempunyai fungsi membentuk kecerdasan seseorang pada masa
perkembangan jasmaninya. Permainan ini membutuhkan ketrampilan,
kecekatan, disiplin, cermat, waspada, tangguh tidak mudah goyah, lengah
sedikit akan jatuh.
Egrang ini dapat digunakan untuk permainan apa saja diantaranya yaitu :
- Balapan lari
- Balapan lari
- Sepak bola dengan Egrang
- Saling mendorong diatas Egrang. Siapa yang jatuh berarti kalah
- Uji nyali berjalan di atas air, dsb.
2. Banggalan / Gangsingan / Kekean
Umumnya terbuat dari kayu yang tahan akan
paku dan dibentuk sedemikian rupa. Bagian bawah diberi paku sebagai
alat untuk mematuk agar dapat diputar sampai mendesing. Tujuannya pada
saat dipatuk oleh lawannya tetap berputar. Siapa yang mati dulu berarti
dia yang kalah. Alat untuk memutar disebut Uwet ( bahasa jawa ),
biasanya dari lulup kayu Pohon Waru.
Permainan ini bisa dilakukan oleh
beberapa orang dengan jumlah maksimal 10 orang, misalnya dengan cara hom
pim pah ( bahasa jawa ). Siapa yang paling kalah memberi umpan dahulu,
bisa dengan Tu ( artinya kepala di atas ) atau dengan Kek ( artinya
kepala di bawah ). Kalau gangsing pemberi umpan tetap berputar dan
lawannya mati berarti yang memberi umpan menang. Demikian seterusnya
sampai dengan jumlah peserta. Gangsing yang paling kuat bertahan
berputar saat mematuk atau dipatuk lawan, dialah yang menang dan berhak
menyandang gelar Raja. Dan saat melanjutkan permainan, Raja akan mematuk
paling akhir. Raja tidak pernah dipatuk oleh bawahannya, kecuali saat
Raja mematuk umpan terakhir dan Raja mati, maka yang memberi umpan naik
jadi Raja. Gangsing yang kalah siap dipatuk. Begitu seterusnya.
Permainan ini dapat melatih kecermatan, kecerdasan dalam berpikir karena
memerlukan teknik permainan dalam memenangkan permainan ini.
3. Enthik
Bahannya terbuat dari Ranting Bambu Ori
yang tua. Ranting bambu yang dibutuhkan dalam permainan ini ada 2 macam
yaitu ranting pendek yang berukuran ± 15cm yang berfungsi sebagai bahan
untuk dipukul dan disebut Wedoan ( bahasa jawa ). Sedangkan Ranting
Bambu Ori yang lebih panjang yang disebut Lanangan berukuran ± 60cm yang
berfungsi sebagai alat.
Permainan ini ada 3 langkah, yaitu :
1. Langkah Pertama yaitu
ranting yang pendek sebagai Wedoan ditaruh di atas lubang kemudian
dicungkit dan dilempar sejauh mungkin dengan memakai bambu yang panjang.
Kemudian bambu yang panjang ditaruh di atas lubang tadi lalu bambu yang
pendek dipukulkan dan diupayakan kena.
2. Untuk langkah kedua, bambu
yang pendek diletakkan di atas bambu yang panjang, lalu diayunkan ke
atas dan dipukul sejauh mungkin. Kemudian Si penjaga mengembalikan
dengan datar ke arah lubang tersebut dengan bambu pemukul tadi .
3. Sedangkan langkah ketiga
biasa disebut dengan Patél Lele yakni bambu pendek ( Wedoan ) ditaruh
dalam lubang dengan posisi miring dan sebagian ranting bambu terlihat,
lalu dipukul dengan menggunakan bambu yang panjang, setelah naik baru
dipukul sejauh mungking. Kemudian jarak hasil pukulan bambu panjang
diukur memakai bambu. Yang pendek ( Wedoan ) ke arah lubang di
awal permainan. Demikian seterusnya. Jumlah nilai yang harus
dikumpulkan dalam permainan berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak.
Pada langkah pertama, hak bagi penjaga
apabila bisa menangkap nilainya 10 ( sepuluh ). Sedangkan pada langkah
kedua, hak bagi penjaga senilai 15 ( lima belas ). Dan pada langkah
ketiga, hak bagi penjaga senilai 25 ( dua puluh lima ) dan bila penjaga
bisa menangkap pukulan ranting bambu pemain, maka otomatis pemukul
gugur/mati dan ganti posisi sebagai penjaga.
Kesimpulan dalam permainan ini :
a. Untuk membentuk
kepribadian anak menjadi cerdas, tangkas, ulet, waspada dalam
gerak-gerik lajunya permainan. Kalau tidak waspada akan terjadi
malapetaka mengenai dirinya.
b. Kepuasan bagi yang dapat mengumpulkan lebih dahulu nilai yang telah ditetapkan oleh kedua belah pihak.
c. Bagi yang menang mendapatkan hadiah yang telah ditentukan.
4. Dakonan / Dakon / Congklak
Dakonan merupakan suatu permainan
tradisional yang biasanya dilakukan oleh anak – anak perempuan dengan
jumlah peserta 2 orang. Bahan dakon terbuat dari bahan kayu yang diukur
sedemikian rupa menurut selera atau bisa juga menggunakan bahan yang
lain. Pada papan Congklak/Dakon terdapat 16 buah lubang yang terdiri
dari 14 lubang kecil yang saling berhadapan dan 2 lubang besar di kedua
sisinya. Untuk isiannya berjumlah 98 buah biji yang terbuat dari biji –
bijian, batu – batuan, kelereng, atau plastik. Setiap sisi pemain
terdapat 7 lubang kecil dan lubang besar di sisi kanan pemain merupakan
lubang milik masing -masing pemain.
Permainan ini mengandung unsur pendidikan
untuk mencerdaskan akal pikiran anak dan pandai
menafsirkan/memperkirakan bagaimana agar lumbung miliknya dapat terisi
penuh sehingga dapat mengalahkan lumbung milik lawannya.
5. Bendan
Bahannya terbuat dari batu berjumlah 2
buah, yang satu berukuran besar dengan berat ± 1.5 kg. Kemudian
dicarikan batu yang bisa berdiri tegak tanpa bantuan. Batu yang kedua
agak kecil tujuannya untuk dilemparkan ke pasangan batu yang besar tadi.
Kalau bisa kena, maka yang menjaga harus menggendong atau siap jadi
kudanya dengan jarak yang ditentukan terlebih dahulu oleh pemain yang
menang. Pada lemparan pertama misalkan tidak kena dari jatuhnya lemparan
pertama tadi dilanjutkan langkah berikutnya untuk melempar pasangan
batu tadi sampai roboh. Kalau berhasil merobohkan maka penjaga siap –
siap menggendong tapi jaraknya lebih dekat dari lemparan pertama tadi.
Namun apabila lemparan tadi tidak mengenai sasaran berarti pemain
dinyatakan kalah dan siap jadi penjaga. Demikian seterusnya. Permainan
ini bisa dilakukan oleh 2 orang atau dengan kelompok. Permainan ini
dapat membentuk ketrampilan, kecerdasan, keuletan dan kekuatan fisik.
6. Tembak- Tembakan
Bahannya ada yang terbuat dari Pring
Jabal sebesar telunjuk. Mimis/pelurunya terbuat dari buah salam yang
sudah ranum atau sudah matang. Lalu diletakan diujung dan pangkalnya.
Cara kerjanya, peluru yang ada di pangkal tersebut ditusuk dengan
tongkat tumpul dan dengan diameter sebesar lubang Pring Jabal. Sehingga
berbunyi letupan dan di arahkan kepada lawan yang dianggap musuh.
Permainan ini dilakukan dengan kelompok yang telah ditentukan oleh
peserta itu sendiri.
Pemainan ini memiliki unsur pendidikan
untuk bela Negara. Adapun tembak – tembakan di dalam koleksi ini kami
buat mirip dengan Tembak Laras Panjang yang bahannya dari kayu namun
ujungnya tetap menggunakan Pring Jabal. Pelurunya menggunakan Pring Ori
yang dibentuk sedemikian rupa sebesar lubang yang ada dan ujungnya yang
tumpul dilapisi karet. Fungsinya sama dengan yang di atas.
No comments:
Post a Comment