Kabupaten Tulungagung, tanggal 18 Nopember 2014, memperingati Hari
Jadinya yang ke-809 ( 1205 – 2014 ) . Dari sekian kegiatan yang
direncanakan Panitia diantaranya adalah Sarasehan Pakaian Adat Kabupaten
Tulungagung Tahun 2014 . Dari Sarasehan ini diharapkan dapat ditemukan
dan disepakati bentuk dan corak Kabupaten Tulungagung yang tidak
bertentangan dengan norma ketimuran, adat istiadat, maupun agama yang
dianut oleh masyarakat Tulungagung. Sehingga apa yang dihasilkan dalam
Sarasehan ini layak diwariskan kepada generasi penerus bangsa.
Banyak aspek yang dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dalam memilih atau menentukan Pakaian adat suatu daerah. Ada kalanya aspek normatif, seperti agama dan adat istiadat yang berlaku dan berkembang di masyarakat. Ada kalanya aspek geografis seperti cuaca, lingkungan pemukiman, dan kondisi alam. Ada kalanya aspek ekonomis, seperti kondisi perekonomian masyarakat dan jenis pencaharian masyarakat. Semua aspek-aspek tersebut antara satu dan lainnya saling berkaitan. Artinya, dalam menentukan atau memilih Pakaian adat suatu daerah tidak dapat menekankan pada satu aspek saja, tapi harus mempertimbangkan aspek-aspek lainnya.
Dalam tulisan ini penulis ingin menyinggung masalah Pakaian adat dengan nilai-nilai sejarah yang ada di masyarakat Kabupaten Tulungagung. Dengan harapan bentuk atau model Pakaian adat Kabupaten Tulungagung tidak meninggalkan nilai sejarah yang ada di Kabupaten Tulungagung. Kalaupun nilai sejarah tidak dapat mewarnai Pakaian adat Kabupaten Tulungagung, minimal ada nilai sejarah yang terbaca atau dapat dirasakan ketika melihat Pakaian Adat Kabupaten Tulungagung.
Secara geografis, Tulungagung dahulu adalah rawa-rawa, mulai dari daerah pegunungan selatan, Campur darat, hingga kampung dalem yang sekarang alun-alun dan Pendapa Kabupaten .
Rawa yang paling dalam dan tidak pernah surut airnya adalah tepat pada alun-alun sekarang ini.Oleh karena daerah rawa-rawa, maka Tulungagung dahulunya disebut Kabupaten Ngrowo. Sejak 1 April 1901, atas dasar Besluit Gubernur Genderal Pemerintah Belanda , Kabupaten Ngrowo diganti menjadi Kabupaten Tulungagung.
Di sana tumbuh berbagai macam tumbuhan rawa-rawa, seperti kangkung, kayu apung, enceng gondok, ganggang, genjer, lumut dan sebagainya. Di waktu sore hari banyak burung jenis bangau, blekok, kuntul, mriwis dan sebagainya berjejer hinggap di atas tumbuhan rawa-rawa tersebut. Didalamnya rawa hidup berbagai jenis ikan yang berkembang biak siap menjadi konsumsi warga sekitanya. Masyarakatnya bekerja sebagai petani, pencari ikan dan buruh. Pola hidupnya sederhana, dalam situasi damai, aman dan tentram.
Inilah sekilas gambaran Kabupaten Ngrowo / Tulungagung tempo dulu yang seyogyanya dapat kita gunakan sebagai bahan pertimbangan dalam memilih atau menentukan jenis model pakaian adat Kabupaten Tulungagung.
Mendengar kalimat “ Pakaian Adat “ terkesan dalam benak kita suatu pakaian yang memiliki model tersendiri, digunakan dalam acara-acara khusus, memiliki nuansa kedaerahan, warna dan corak spesifik pula. Namun sebenarnya pakaian adat itu memiliki 2 pengertian.
1. Pakaian adat dalam pengertian tradisional sebagaimana tergambar di atas.
2. Pakaian adat dalam pengertian yang dinamis yaitu Pakaian
sebagaimana layaknya pakaian pada umumnya, tapi memiliki identitas-identitas tertentu yang diakui sebagai ciri khas suatu daerah tertentu.
Ciri-ciri khas yang dimiliki dan diakui sebagai milik daerah itu bisa berupa motif, gambar, bahan, warna atau model tertentu . Seperti Kabupaten Tulungagung memiliki batik yang bermotif “ Gajah Mada “. Jawa Barat memiliki sarung batik yang sering digunakan oleh wanita. Nusa Tengara Barat memiliki sarung tenun yang berwarna-warni, dan sebagainya.Ini biasa disebut pakaian daerah.
Bagaimana dengan pakaian adat Kabupaten Tulungagung dalam pengertian tradisional ?.
Sejalan dengan dikembangkannya batik Tulungagung, maka dalam memilih atau menentukan motif, gambar dan warna hendaknya tidak meninggalkan nilai-nilai kesejarahan Kabupaten Tulungagung itu sendiri. Seumpama memilih gambar burung, hendaknya dipilih burung yang biasa hidup di rawa-rawa, seperti burung blekok, kuntul, mriwis, dan sebagainya. Asal bukan burung cucak rowo .Seumpama memilih gambar tumbuhan hendaknya dipilih tumbuhan yang biasa hidup di rawa-rawa, seperti ganggang, lumut, kangkung, dan sebagainya. Asal bukan genjer-genjer. Seandainya memilih motif, carilah motif yang bernuansa rawa-rawa. Pilihlah warna yang kalem sebagaimana kalem dan damainya masyarakat Ngrowo.
Banyak aspek yang dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dalam memilih atau menentukan Pakaian adat suatu daerah. Ada kalanya aspek normatif, seperti agama dan adat istiadat yang berlaku dan berkembang di masyarakat. Ada kalanya aspek geografis seperti cuaca, lingkungan pemukiman, dan kondisi alam. Ada kalanya aspek ekonomis, seperti kondisi perekonomian masyarakat dan jenis pencaharian masyarakat. Semua aspek-aspek tersebut antara satu dan lainnya saling berkaitan. Artinya, dalam menentukan atau memilih Pakaian adat suatu daerah tidak dapat menekankan pada satu aspek saja, tapi harus mempertimbangkan aspek-aspek lainnya.
Dalam tulisan ini penulis ingin menyinggung masalah Pakaian adat dengan nilai-nilai sejarah yang ada di masyarakat Kabupaten Tulungagung. Dengan harapan bentuk atau model Pakaian adat Kabupaten Tulungagung tidak meninggalkan nilai sejarah yang ada di Kabupaten Tulungagung. Kalaupun nilai sejarah tidak dapat mewarnai Pakaian adat Kabupaten Tulungagung, minimal ada nilai sejarah yang terbaca atau dapat dirasakan ketika melihat Pakaian Adat Kabupaten Tulungagung.
Secara geografis, Tulungagung dahulu adalah rawa-rawa, mulai dari daerah pegunungan selatan, Campur darat, hingga kampung dalem yang sekarang alun-alun dan Pendapa Kabupaten .
Rawa yang paling dalam dan tidak pernah surut airnya adalah tepat pada alun-alun sekarang ini.Oleh karena daerah rawa-rawa, maka Tulungagung dahulunya disebut Kabupaten Ngrowo. Sejak 1 April 1901, atas dasar Besluit Gubernur Genderal Pemerintah Belanda , Kabupaten Ngrowo diganti menjadi Kabupaten Tulungagung.
Sebenarya Ngrowo dan Tulungagung
merupakan sinonim. Ngrowo berasal dari kata rawa yang mendapat sengau
.Rawa berarti daerah rendah yang penuh dengan genangan air. Sedang kata
Tulung dalam bahasa sansekerta adalah sumber air, dalam bahasa Jawa
berarti umbul dan Agung berarti besar. Tulungagung berarti sumber air
yang besar.
Kalau kita mau menoleh ke masa lalu, mendengar kata rowo atau ngrowo,
terkesan dalam ingatan dan bayangan kita adalah sebuah wilayah
terhampar luas dengan genangan air yang tak pernah habis.Di sana tumbuh berbagai macam tumbuhan rawa-rawa, seperti kangkung, kayu apung, enceng gondok, ganggang, genjer, lumut dan sebagainya. Di waktu sore hari banyak burung jenis bangau, blekok, kuntul, mriwis dan sebagainya berjejer hinggap di atas tumbuhan rawa-rawa tersebut. Didalamnya rawa hidup berbagai jenis ikan yang berkembang biak siap menjadi konsumsi warga sekitanya. Masyarakatnya bekerja sebagai petani, pencari ikan dan buruh. Pola hidupnya sederhana, dalam situasi damai, aman dan tentram.
Inilah sekilas gambaran Kabupaten Ngrowo / Tulungagung tempo dulu yang seyogyanya dapat kita gunakan sebagai bahan pertimbangan dalam memilih atau menentukan jenis model pakaian adat Kabupaten Tulungagung.
Mendengar kalimat “ Pakaian Adat “ terkesan dalam benak kita suatu pakaian yang memiliki model tersendiri, digunakan dalam acara-acara khusus, memiliki nuansa kedaerahan, warna dan corak spesifik pula. Namun sebenarnya pakaian adat itu memiliki 2 pengertian.
1. Pakaian adat dalam pengertian tradisional sebagaimana tergambar di atas.
2. Pakaian adat dalam pengertian yang dinamis yaitu Pakaian
sebagaimana layaknya pakaian pada umumnya, tapi memiliki identitas-identitas tertentu yang diakui sebagai ciri khas suatu daerah tertentu.
Ciri-ciri khas yang dimiliki dan diakui sebagai milik daerah itu bisa berupa motif, gambar, bahan, warna atau model tertentu . Seperti Kabupaten Tulungagung memiliki batik yang bermotif “ Gajah Mada “. Jawa Barat memiliki sarung batik yang sering digunakan oleh wanita. Nusa Tengara Barat memiliki sarung tenun yang berwarna-warni, dan sebagainya.Ini biasa disebut pakaian daerah.
Bagaimana dengan pakaian adat Kabupaten Tulungagung dalam pengertian tradisional ?.
Kabupaten Tulungagung sudah memiliki
pakaian adat tersendiri .Untuk pria, baju model jas warna putih, krah
shanghai, bawah jarit batik motif Gajah mada atau kawung dan bertutup
kepala blangkon.. Untuk wanita, baju kebayak model Kartini warna putih,
bawah jarit batik motip Gajah mada atau kawung.
Bagaimana pakaian adat atau pakaian daerah Kabupaten Tulungagung
dalam pengertian yang dinamis ?, inilah yang perlu didiskusikan dan
dikembangkan. Karena pakaian khas daerah Tulungagung ini kalau dapat
diterima oleh masyarakat, tidak hanya dapat membawa nama baik Kabupaten
Tulungagung, tapi dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat Tulungagung.Sejalan dengan dikembangkannya batik Tulungagung, maka dalam memilih atau menentukan motif, gambar dan warna hendaknya tidak meninggalkan nilai-nilai kesejarahan Kabupaten Tulungagung itu sendiri. Seumpama memilih gambar burung, hendaknya dipilih burung yang biasa hidup di rawa-rawa, seperti burung blekok, kuntul, mriwis, dan sebagainya. Asal bukan burung cucak rowo .Seumpama memilih gambar tumbuhan hendaknya dipilih tumbuhan yang biasa hidup di rawa-rawa, seperti ganggang, lumut, kangkung, dan sebagainya. Asal bukan genjer-genjer. Seandainya memilih motif, carilah motif yang bernuansa rawa-rawa. Pilihlah warna yang kalem sebagaimana kalem dan damainya masyarakat Ngrowo.
No comments:
Post a Comment